Sabtu, 27 Juli 2013

CERITA SEKS TANTE VITA MENGAJARIKU BERCINTA



Cerita Seks | Aku Obat Awet Muda Tante Vita - Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Vita (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.
Tante Vita ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Vita ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Vita inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet).

Biasanya Tante Vita kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Vita ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.
Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Vita ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih). Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Vita malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.
Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Vita pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung. Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Vita mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Vita di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.
Lalu Tante Vita menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Vita, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Vitan ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.
“Don temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Vita sambil mulai berjongkok.
Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Vita kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Vita boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Vita.
“Heh kenapa kamu Don kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante Vita.
“Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.
“Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Vita.
“Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.
Tante Vita cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.
“Kamu mau liat Don? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Vita.
Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Vita membiarkanku memegang-megang vaginanya.
“Sudah yah Don nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi”.
“Iyah Tante”, jawabku.
Lalu Tante Vita menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.
Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.
“Don, kamu enggak ikut?” tanya mamiku.
“Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.
“Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.
“Vita, kamu mau kan tolong jagain si ADon nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Vita.
“Iya deh Kak aku jagain si ADon tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Vita.
Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Vita berdua saja di villa, Tante Vita baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.
“Kamu sakit apa sih Don? kok lemes gitu?” tanya Tante Vita sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku.
Tante Vita begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.
“Kepala yang mana Don atas apa yang bawah?” kelakar Tante Vita padaku.
Aku pun bingung, “Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.
“Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Vita sambil memegang si kecilku.
“Ah Tante bisa saja” kataku.
“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja.
Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Vita, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar ADon saja yang ngelap, kan malu sama Tante”
“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Vita sambil menurunkan celanaku dan CDku.
Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.
“Don mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”
“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.
“Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Vita.
Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Vita yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Vita hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.
“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Vita.
Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Vita karena Tante Vita tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.
“Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagina Tante Vita yang kurasakan berdenyut-denyut.
Tante Vitapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Vita, Tante Vita pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Vita berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Vita lembab dan agak basah.
“Enak kan Don, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Vita.
“Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”
“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Don?”
“Enggak Tante”
Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Vita.
“Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah
“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.
“Tante boleh enggak ADon megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Vita.
Tante Vita pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Vita basah entah kenapa.
“Tante kencing yah?” tanyaku.
“Enggak ini namanya Tante nafsu Don sampai-sampai celana dalam Tante basah”.
Dilepaskannya pula celana dalam Tante Vita dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Vita duduk di sampingku
“Don pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Vita dengan tangan yang agak gemetar, Tante Vita hanya ketawa kecil.
“Don, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Vita.
Dia mulai memegang penisku lagi, “Don Tante mau itu nih”.
“Mau apa Tante?”
“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Vita.
“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”
“Tapi ADon enggak bisa Tante caranya”
“Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante Vita padaku.
Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Vita yang di tumbuhi bulu halus.
“Don jilatin donk punya Tante yah” katanya.
“Tante ADon enggak bisa, nanti muntah lagi”
“Coba saja Don”
Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Vita di atas dan tanpa pikir panjang Tante Vita pun mulai mengulum penisku.
“Achh.. hgghhghh.. Tante”
Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Vita tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Vita seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Vita sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Vita dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.
Tante Vita pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Vita menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.
“Kamu tahu enggak mandi kucing Don” kata Tante Vita.
Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Vita pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Vita pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.
Kulihat payudara Tante Vita mengeras, Tante Vita menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Vita. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Vita, langsung Tante Vita kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Vita seperti menjilati es krim.
“Achh.. uhh.. hhghh.. acch Don enak banget terus Don, yang itu isep jilatin Don” kata Tante Vita sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Vita tanpa sengaja tertelan olehku.
“Don masukin donk Tante enggak tahan nih”
“Tante gimana caranya?”
Tante Vita pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Vita naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Vita pun mengejang hebat.
“Don Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Vita.
Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Vita. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Vita mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Vita sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Vita tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.
“Don nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Vita padaku.
Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Vitapun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
“Tante ADon kayanya mau kencing niih”
Tante Vita pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Vita pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.
Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Vita menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Vita yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Vita, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Vita di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Vita. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Vita, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.
“Don kamu sudah baikan?” tanya Mamiku.
“Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.
“Kamu kasih makan apa Ni, si ADon sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Vita.
“Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Vita.
Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Vita yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Vita.
Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Vita bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Vita. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Vita sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Vita ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Vita.
Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Vita bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Vita yang nasibnya sama seperti Tante Vita, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.

CERITA NGENTOT - INDRA MEMUASKAN AKU



Sebut saja namaku Atika, seorang wanita yang telah berusia 40 tahun dan telah bersuami. Menurut banyak teman, aku adalah wanita yang cukup cantik dan berkulit putih bersih. Yang luar biasa adalah postur tubuhku yang masih terawat dan indah. Tinggi badanku 167 cm. Pantatku cukup bulat dan berisi dengan sepasang betis yang indah. Sepasang payudaraku berukuran 34 juga tampak padat dan serasi dengan bentuk tubuhku. Kata orang tubuhku seperti artis Minarti Atmanegara yang bentuk tubuhnya tetap indah diusia yang telah berkepala 4.

Aku bekerja sebagai karyawati staff accounting pada sebuah toserba yang cukup besar dikotaku. Sehingga aku banyak mengenal banyak relasi dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ketempatku bekerja. Aku juga menjadi instruktur senam BL ditempat aku fitness. Disinilah kisah yang akan kisah indah aku dan Indra pertama kali terjadi.

Sebagai seorang istri, aku merupakan seorang wanita setia pada suami. Aku berprinsip, tidak ada laki-laki lain yang menyentuh hati dan tubuhku, kecuali suami yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, aku memang selalu dapat menjaga kesetiaanku. Jangankan disentuh, tertarik dengan lelaki lain merupakan pantangan buatku.

Tetapi begitulah, beberapa bulan terakhir suamiku kurang dapat memuaskanku diatas ranjang. Kalaupun bisa, dia pasti kelelahan dan langsung istirahat. Mungkin karna usia kami yang terpaut 14 tahun, mau tak mau aku cuma bisa memainkan jari sambil membayangkan suamiku sedang memasukkan batang kejantanannya ke vaginaku. Tapi tak senikmat kenyataan.

Sampai akhirnya datang seorang mahasiswa yang ingin PI (Praktek Industri) ditempatku. Dan aku ditunjuk sebagai pembimbing mahasiswa tersebut oleh bosku. Mahasiswa itu memperkenalkan dirinya bernama Indra. Kuperhatikan dia dari atas sampai bawah, cukup lumayan penampilannya. Indra berbadan tinggi besar dan atletis, tingginya sekitar 178 cm. Sungguh aku tidak mempunyai pikiran atau perasaan tertarik padanya.

Pada awalnya hubungan kami biasa-biasa saja, bahkan cendrung agak kaku. Namun begitu, Indra selalu bersikap baik padaku. Kuakui pula, ia pemuda yang simpatik. Ia sangat pandai mengambil hati orang. Sehingga lama-kelamaan kekakuannya berkurang dan kami berdua menjadi akrab. Bahkan aku sering meminta Indra membantuku lembur dikantor. Dan jika begitu biasanya aku bercerita tentang kehidupan rumah tanggaku. Sampai-sampai urusan diatas tempat tidur kuceritakan padanya. Karna Indra sangat pandai memancing.

Hingga suatu ketika, setelah sebulan Ia PI dikantorku. Sewaktu aku sedang lembur menghitung keuangan bulanan perusahaan, Indra datang menghampiriku.
” Misi Bu, bisa ganggu gak? ” Tegur Indra sopan.
” Ya ada apa Ndra? ” Jawabku.
” Ini.. ada beberapa yang saya gak ngerti bisa dijelaskan gak Bu? ” Indra bertanya lagi.
” Ooh bisa.. mana yang kamunya kurang paham ” aku menjawab lalu menyuruhnya untuk duduk disampingku disofa.

Lalu aku memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Katanya sih bahan yang dia minta penjelasan dariku itu akan dimasukkan dalam bahan laporannya.
” Bu, saya mo ngasih hadiah ulang tahun, Bu atika mau nerima gak? ” Tanyanya tiba-tiba.
” Boleh, syaratnya hadiahnya harus banyak ya” Jawabku bergurau.
” Saya juga punya syarat Bu, hadiah ini akan saya berikan kalo Bu Atika mau memejamkan mata. Mau gak? ” Tanyanya lagi.
” Serius nih? Oke kalo cuma itu syaratnya Ibu mau ” Kataku sambil memejamkan mata.
” Awas jangan buka mata sampai saya memberikan aba-aba..! ” Kata Indra lagi.

Sambil terpejam aku penasaran dengan hadiah apa yang akan diberikannya. tetapi, ya ampun, pada saat mataku terpejam, tiba-tiba aku merasakan ada benda yang lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan halus. Aku langsung tahu, Indra tengah menciumku. Maka aku langsung membuka mata, wajah Indra sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul pinggangku. Tetapi anehnya, setelah itu aku tidak berusaha mengindar.

Untuk beberapa lama, Indra masih melumat bibirku. Kalo mau jujur aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat bibir Indra. Sampai kemudian aku tersadar, lalu ku dorong dada Indra hingga ia terjengkang kebelakang.
” Ndra seharusnya ini gak boleh terjadi ” Kataku dengan nada bergetar menahanrasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku.
” Maaf Bu Atika, mungkin saya terlalu nekat. Seharusnya saya sadar Ibu sudah bersuami. Tapi inilah kenyataannya, Aku sayang sama Bu Atika” Ujarnya lirih sambil meninggalkanku.

Seketika itu aku merasa sangat menyesal, aku merasa telah mengkhianati suamiku. Tapi uniknya peristiwa seperti masih terulang beberapa kali. Beberapa kali jika Indra konsultasi denganku, ia selalu memberikan “hadiah” seperti itu. Tentu itu dilakukannya jiak tak ada orang yang melihat. Meskipun pada akhirnya aku menolaknya, tapi anehnya, aku tidak pernah marah dengan perbuatan Indra itu.

Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah ini dikarnakan permasalahanku dengan suami diatas ranjang sehingga menerima begitu saja semua perbuatannya padaku. Ataukah aku telah jatuh cinta pada pada Indra, pemuda yang usianya jauh berbeda namun sangat menarik perhatianku. Sekali lagi, aku tidak tahu. bahkan dari hari kehari, aku semakin dekat dan akrab dengan Indra.

Hingga pada hari terakhir prakteknya, Indra mengajakku jalan-jalan. Awalnya aku menolaknya, aku khawatir kalau kedekatanku dengannya menjadi penyebab perselingkuahan yang sebenarnya. Dengan alasan bahwa itu hari terakhir praktek, Indra terus mendesakku. Akhirnya aku menyetujuinya.Tapi aku memintanya hari minggu. Dengan syarat tidak boleh ada orang kantor yang mengetahuinya.

Begitulah, pada hari Minggu, aku dan Indra akhirnya berangkat jalan-jalan. Agar suamiku tidak curiga, aku katakan padanya aku pergi ketempat seorang kawan untuk menyelesaikan lemburan kantor. Ikut juga teman kuliah Indra bersama pacarnya. Awalnya aku protes, setelah dijelaskan panjang lebar akhirnya aku mau ikut pergi juga. Oh ya, kami berempat menggunakan mobil milik kawan Indra. Berempat kami jalan-jalan kesuatu lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku. Kami sengaja memilih tempat yang jauh dari kota, agar tidak mengundang kecurigaan tetangga, keluarga dan terutama suamiku.

Setelah lebih satu jam kami berputar-putar disekitar lokasi wisata, Indra dan kawannya mengajak istirahat disebuah losmen. Kawan Indra tadi dan pacarnya menyewa satu kamar, dan kedua orang itu langsung hilang dibalik pintu yang tertutup. Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Aku dan suamiku dulu waktu pacaran juga begitu, jadi aku maklum saja.

Indra menyewa juga satu kamar disebelahnya. Aku sebenarnya juga berniat menyewa kamar sendiri akan tetapi indra melarangku.
” Ngapain boros-boros? kalau sekedar istirahat satu kamar saja. Tuh bed-nya ada dua ” Ujarnya.
Akhirnya aku mengalah, aku numpang dikamar yang disewa Indra. Walaupun sebenarnya aku merasa sangat tidak enak hati.

Kami mengobrol tertawa cekikikan membicarakan kawan Indra dan pacarnya dikamar sebelah. Apalagi, kawan Indra dan pacarnya sengaja mendesah-desah hingga kedengaran ditelinga kami. Sejujurnya aku deg-degan juga mendengar desahan dari kamar sebelah yang mirip suara orang terengah-engah itu. Entah kenapa dadaku semakin berdegup kencang ketika aku mendengar desahan itu dan membayangkan apa ayng sedang mereka lakukan dikamar sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan Indra diam terpaku.

Tiba-tiba Indra menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Indra yang saat itu sedang duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Indra menempel kebibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus Indra melumat mulutku. Lidah Indra menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.

Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada indra supaya ia melepaskan pelukannya padak diriku.
” Ndra, jangan Ndra, ini enggak pantas kita lakuakan..! ” kataku terbata-bata.
Indra memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yangm kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku denagn erat. Akujuga masih terduduk dipangkuannya.
” Memang nggak pantas Bu, toh Bu Tika gak puas sama suami Ibu. Aku akan muasin Ibu ” Ujar Indra yang terdengar seperti desahan.

Setelah itu Indra kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Indra sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan. Bahkan dengan suamiku sekalipun belum pernah aku merasakn rangsangan sehebat ini.

Indra sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakn napasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat unruk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Indra yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu terbuka didepan Indra. Secara refleks aku masih coba berontak.

” Cukup Ndra! Jangan sampai kesitu Ibu takut..” Kataku sambil meronta dari pelukannya.
” Takut dengan siapa Bu? Toh gak ada yang tahu, percaya sama Indra Bu. Aku akan memuaskan Bu Tika ” Jawab Indra dengan napas memburu.
Seperti tidak perduli dengan protesku, Indra yang telah melepas bajuku, kini ganti sibuk melepas BH-ku. Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Indra yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.

Kini, dipelukan Indra, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kainpun. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didadaku, tetapi dengan cepat tangan Indra memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Indra mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Indra melumat salah satu buah dadaku sementara salah satu tangannya juga langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.

Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geliu dan nikmat ketika bibir dan lidah Indra menjilat dan melumat puting susuku.
” Bu.. da.. dadamu putih dan in.. indah sekali. A.. aku makin nggak ta.. tahan.. ,sayang.. , ” Kata Indra terputus-putus karna nafsu birahi yang kian memuncak.

Kemudian Indra juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali mengelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, Dengan cepat Indra melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat kuat yang dimiliki Indra, dengan mudah ia menaklukkan perlawananku.

Sekarang tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Indra. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-laki lain, kecuali dihadapn suamiku. Sebelumnya aku juga tak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti ini. Tetapi kini, Indra berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya.

” Ndra, untuk yang satu ini jangan Ndra. Aku tidak ingin merusak keutuhan perkawiananku..! ” Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan vaginaku yang kini tanpa penutup.
” Bu.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.. , aku sudah terlanjur terbakar.. , aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. mohon ” Kata Indra masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.

Entah karna tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur terbakar birahi, aku diam saja ketika Indra kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, semenatar tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.

Tiba-tiba Indra beranjak dan denagn cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Kini ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya ampun, aku tidak dpat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar denagn laki-laki yang bukan suamaiku, ohh. Aku melihat tubuh Indra yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedag-sedang saja.

Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda diselangkangan Indra. Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu berwarna coklat muda dan kinin tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 sampai 4 kali lipatnya. Sungguh aku tak percaya, laki-laki semuda Indra memiliki penis sebesar dan sepanjang ini. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes dan penasaran.

Kini tubuh telanjang Indra mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Indra menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.

Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata Indra nekat memasukkan jari tangannya kecelah vaginaku.Ia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.

” Ndra, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ” Pintaku.
Tetapi lagi-lagi Indra tidak menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis vaginaku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Indra yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi.

Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Indra melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
” Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekaran ganti Bu Atika dong yang aktif..! ” Kata Indra denagn manja.
” Ibu nggak bisa Ndra, lagian Ibu masih takut..! ” Jawabku dengan malu-malu.
” oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon sayang..” Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.

Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Indra. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jiak penis yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang vagina perempuan, apalagi jika perempuan itu aku.

” Besaran mana sama milik suami Ibu..? ” Goda Indra.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Indra jauh lebih panjang dan lebih besar dibandingkan milik suamiku. Padahal usia Indra jauh lebih muda.
” Diapakan nih Ndra..? Sumpah Ibu gak bisa apa-apa ” Kataku berbohong sambil memegang penis Indra.
” Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Bisakan..? ” Jawab Indra dengan lembut.

Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik Indra. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Indra yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup memegangnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Indra cepat muncrat, sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku. Indra yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun mengocok batang zakarnya.

Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini etapt berada diselangkanganku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Indra kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku. Sementara aku masih terus mengocok batang zakar Indra dengan tanganku.

Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu. Setelah itu Indra beranjak dan dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Indra yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan laki-laki itu bikan suamiku.

Indra kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Indra. Indra terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.

Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh Indra. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Indra. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat dibibir lubang kemaluanku. Rupanya Indra nekat berusaha memasukkan batang penisnya kevaginaku. Tentu saja aku tersentak.

” Ndra.. jangan dimasukkan..! ” Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus , sebab disisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk kelubang vaginaku.
” Oke.. kalau nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan dibibirnya saja ya..? ” Jawab Indra juga dengan napas yang terengah-engah.

Kemudian Indra kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah vaginaku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakn kepala batang penis itu menyentuh bibir vaginaku. Namun karna batang zakar Indra memang berukuran super besar, Indra sangat sulit memasukkannnya kedalam celah bibir vaginaku. Padahal jika aku bersetubuh denagn suamiku penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku.

Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Indra berhasil menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besra itu mulai menerobos masuk. Walau
pun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara. Seperti janji Indra, penisnya berukuran jumbo itu hanya hanya digesek-gesekan dibibir vagina saja. Meskipun hanya begitu, kenikamatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Indra itu luar biasa nikmatnya.

Indra terus menerus mamaju-mundurkan batang penis sebatas dibibir vagina. keringat kami berdua semakin deras mengalir, semenatara mulut kami masih terus berpagutan.
” Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..? ” Kata Indra tersengal-sengal.
” Oohh.. teeruuss.. Ndraa.. teeruss..! ujarku sama-sama tersengal.

Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kevaginaku. Bless, perlahan tapi pasti abtang kemaluan yang besar itu melesak kedalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Indra yang sangat-sangat besar itu.
“Lohh..? Ndraa..! Dimaassuukiin seemmua yah..? ” Tanyaku.
” Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! ” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.

Entahlah,kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua divaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Begitu besarnya penis si Indra, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat, batang penis Indra semakin tertekan kedalam vaginaku dan melesak hingga kedasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.

Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Indra dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekearnya Indra. Semakin lama, genjotan Indra semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat. Clep.. , clep.. , clep.. , cleep.. , begitulah bunyi batang zakar Indra yang terus memompa selangkanganku.

” Teerruss Nndraa..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! ” Erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini.
Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan kepada suamiku. Indra benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri sudah tak bisa lagi memberikan aku kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini.

Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjcetan tubuh Indra. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Indra dan kupeluk erat-erat.
” Nndraa.. aakkuu.. haampiir.. oorrgaassmmee..! ” desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan. Tahu aku hampir orgasme, Indra semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya keselangkanganku.

Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Indra yang kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
” Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! ”
Desah indra.
” ooh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Nndraa..! ” Jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Indra, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan si Indra dapat menancap sedalam-dalamnya.

Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas denagn sendirinya. Indra juga menghentikan genjotannya.
” Aku belum keluar sayang.. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..! ” Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.
Gila aku bisa orgasme walaupun posisiku dibawah. Padahal jika dengan suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi diatas dulu. Tentu saja ini semua karna Indra yang ajuh lebih perkasa diabandingkan suamiku. Walau pun usia mereka trerpaut jauh dan Indra jauh lebih muda. Selain itu batan kejantanannya memang sangat luar biasa besar dan nikmat luar biasa buat vagina perempuan.

Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Indra memompa terus lubang vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja saat Indra terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis Indra. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk melihat vaginaku yang dihajar batang kejantanan Indra. Gila, vaginaku dimasuki penis sebesar itu. Dan yang lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira.

Indra semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa si Indra. Maka aku balik membalas ciuman Indra, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Indra yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang vaginaku.

” Iibuu ingiin.. lagii..? ” Tanya Indra.
” Eehh..” Hanya itu jawabku.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.

Tiba-tiba Indra bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Indra dibawah.
” Ayoohh gaantii..! Iibu seekaarang di ataass..” Kata Indra.
Dengan posisi tubuh diatas Indra, pantatku kuputar-putar, maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Indra yang masih mengacung dilubang vaginaku. Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting Indra. Indra yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek karna kenikmatan yang kuberikan.

” Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa.. , ” Kata si Indra sambil membalas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Indra, lagi-lagi kenimatan tak terkira menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan vaginaku kebatang penis Indra. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap Indra. Aku juga semakin liart membalas ciuman Indra.

” Nddraa.. aakuu.. haampiir.. orgasme.. laaggii.. ssaayaang..! ” Kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Indra langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Dengan napas yang terengah-engah, Indra yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Indra kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.

” Kalau mau 0rgasmee ngomong sayang, biaar lepaass..! ” Desah indra.
Karna tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
” Teruss.. , teruss.. , akuu.. orgasmee Ndraa..! ” Desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Indra.

Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Indra mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.

” Buu.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! ” Erangnya tidak tertahankan lagi.
Melihat Indra yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya. Crot.. crot.. crot..! Sperma Indra terasa sangat deras muncrat dilubang vaginaku. Indra memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasa lubang vaginaku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan si Indra.

Gila, sperma Indra luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang vaginaku terasa basah kuyup. Bahkan karna sangking banyaknya, sperma Indra belepotan hingga ke bibir vagina dan pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.

Untuk beberapa saat Indra masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu ia berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Indra. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkimpoianku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.

” Maafkan aku Bu Tika. Aku telah khilaf dan memaksa Ibu melakukan perbuatan ini ” Ujar Indra denagn lirih.
Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alm pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.

” Heei suadah siang lho.. ayo pulang..! ” Teriak kawan Indra disertai ketoak pada pintu.
Denagn masih tetap diam, aku dan Indra segera beranjak, berbenah lalu berjalan keluar kamar. Tanpa kata-kata pula Indra mengecup bibirku saat pintu kamar akan dibuka.
” Hayo Ndra, kamu apain Bu Atika sampai pintunya ditutup segala ” Kelakar kawan Indra.
” Ah nggak apa-apa kok, kami cuma ketiduran tadi ” Jawabku degan perasaan malu. Sementara Indra cuma tersenyum.

Seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih menderaku. Tetapi menginjak minggu kedua muncul rasa rindu pada Indra. Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikamatan luar biasa yang telah diberikan Indra. Aku selalu terbayang keperkasaan Indra diatas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh suamiku yang dimakan usia. Sementara aku yang rajin merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih.

Maka sejak itu aku sering jalan-jalan dengan Indra. Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku melepas hasrat pada Indra yang selalu melayaniku. Dan dtiap kencan selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku semakin terikat oleh keperkasaannya. Saat menulis cerita ini pun beberapa kali harus terhenti karena Indra dan aku sudah sangat terangsang.


GAIRAH SEKS: FLORA RIA DI KUBANG BUAYA – 5



Musim Tengkujuh sering mendatangkan banjir untuk negeri gajah ini. Bandar dan perkampungan berdekatan dengan sungai sering menghadapi masalah dengan banjir. Ada waktunya kecil dan ada waktunya besar. Namun dalam sejarah negeri Pahang tiada banjir yang kecil melainkan yang besar sahaja. Bila banjir berlaku banyaklah jalan ditutup kerana tidak boleh dilalui akibat air yang tinggi. Ramailah yang tergendala dan tersadai perjalanan mereka. Ada yang terpaksa tinggal di kawasan mereka tersangkut.

Nasib baiklah di kawasan Kubang Buaya banjir tidak melanda. Di lain-lain kawasan dalam Kuantan terjejas juga dengan banjir yang naik melebih 1.5 miter yang menenggelamkan jalan raya. Ramai penduduk yang dipindahkan ke sekolah-sekolah atau dewan orang ramai yang dijadikan pusat penempatan. Disitulah bantuan banjir disalur-kan. Mereka yang terpaksa pindah disediakan makanan, tempat tinggal, selimut dan sebagainya. Semua ini adalah hasil bantuan kerajaan.

Adalah beberapa buah sekolah ditutup waktu tersebut termasuklah sekolah N. Kebetulan tinggal menyewa di belakang rumah induk ialah Sara, seorang penuntut tingkatan Enam atas sekolah N. Sara menumpang rumah Abangnya yang menyewa rumah No.5 dibelakang rumah induk.

Sara memanglah senior N di sekolah. Orangnya pintar, cergas dan rajin. Sikapnya terbuka. Sederhana. Dari segi fisik kecil molek dalam 152 cm dan body figure 34 28 35. Hidung mancung, bibir halus dan muka bujur.

N syok juga kepada Sara ni walaupun dia dua tahun tua dari N. Sara nampak macam gadis nakal dengan matanya galak namun dia seorang gadis manis yang pintar. Bergiat dengan N dalam Persatuan bahasa Melayu. N adalah Presiden dan Sara adalah setiausaha. Jadi N dan Sara sering bersama dalam kerja-kerja berpersatuan. Dan kebetulan pula N dan Sara duduk dalam kawasan yang sama. Jadi mereka selalu berhubungan dan mesra. Ada waktunya macam kakak dengan adik. N suka keadaan begitu sebab dia tidak berakak kerana dia anak sulung.

“Aku numpang rumah abang aku, Bang Nizar (29 tahun). Nasib baik kakak ipar aku ok. Pendiam tak banyak cerita. Kak Tipah (26 tahun) orang kampung, jaga anaklah. Dua orang anak mereka, anak sedara aku. Seronok juga ada anak sedara dan aku boleh layan mereka,” kata Sara satu pagi kepada N sambil duduk di laman rumah sewa mereka.

Kak Tipah membawa setalam air dan goreng pisang. Dia tersenyum, seorang wanita muda bertubuh. Rambut ikal, matanya besar, payudara besar, punggung besar, pingang tak ramping. Gemuk juga tapi mantap dan padatlah. Tinggi dia baya Sara juga.

“Issh, akak susah-susah jer,” kata N bila Kak Tipah mempelawanya minum.”Ala goreng pisang je N,” jawab Kak Tipah kekeh kecil, “Makan ajelah.”"Mana budak-budak?” tanya N.”Tidor keletihan. Tadi sudah puas main,” jawab Kak Tipah.”Budak-budak camtulah,” sampuk Sara, “Akak marilah sama-sama kita minum.”"Haa, yelah..” jawab Kak Tipah lalu duduk sama. Kami bertiga di anjung rumah sewa mereka.”Untung Bakar tuan punya tanah ni. Luas kawasan tanah meka,” kata Kak Tipah, “Orang kaya tambah kaya.”Sara tersenyum, “Kita yang kena ubah nasib kita kak.”"Betul tu,” sampuk N mengunyah goreng pisang.”Kau ubah Sara. Jangan lupa kat Akak dan Abang Nizar kau sudah,” balas Kak Tipa ketawa sambil minum air teh yang disediakannya.”Mana leh lupa akak dan abang kita,” balas Sara sengih.”Kau berdua belajar sunguh-sunguh. Akak sudah kahwin. Sudah habis cerita. Ikut jelah suami ke mana dia nak bawa,” balas Kak Tipah lembut.”Yer,” jawab N pendek.”Sara nasib baik, akak dan abang Nizar bantu. Sara tak sia-siakan bantuan ini. Tu yang Sara fikir dan mahu buat, ubah nasib kita supaya senang dan lega sedikit,” kata Sara bersemangat.”Janji kau lepas dan masuk universiti, Sara. Itu harapan abang Nizar kau. Harapan akak juga. Tak payah bantu kami, ingat anak-anak sedara kau sudah,” balas Kak Tipah meniupkan semangat dan mengingatkan budi orang.

Pendekkan kisah..Geram jangan engkau geramGeram bermacam ragamKerana suka kerana marah

Janganlah kau geramBila kau melihat gadis yang cantikEngkau pun cuba menggodaTetapi jikalau dia tak layan

Tentulah engkau geramKalau ada orang sakitkan hatiTentulah kau jadi marahTetapi tak usah kau geram

Kau geramApalah gunanya kau geramLebih baik diam diam..O Nonok O nonokKenapa kau pangil hujan

Macamana aku tak panggil hujanKote nak makan akuO kote O koteKenapa kau nak makan nonok

Macamana aku tak makan nonokSebab itu makanan aku..

N ketawa sendirian mengubah senikata lagu orang tetapi itu sedap dinyanyi dan didengarkan. Di perlindungan itu.. Dekat dengan kali, tempat Bakar selalu mengongkek Makcik Janah.. Kali ini perlindungan itu dipergunakan leh N dengan Kak Tipah..Satu kawasan yang hanya diketahui oleh N dan Bakar. Kini N telah membawa Kak Tipah ke situ.. Kak Tipah bernafsu tinggi. Tak sangka wanita yang bertubuh sedemikian perlu disetubuhi dengan lama.

Kak Tipah mendesh, merintih, mengrang, meraung dan menjerit-jerit bila Kontol N masuk dan keluar didalam lubang cipapnya. Mula-mula memanglah sempit dan ketat, lama-kelamaan Kak Tipah dapat adapt dan adjust lubang vaginanya untuk menerima keperkasaan lelaki N di dalam keindahan wanitanya. Kini kontol N menembus dan merodok ke depan dan ke belakang ke dinding vagina Kak Tipah. Kak Tipah mngeluarkan air mazinya yang membalut basah kontol N.

“Huu.. Wah.. Wah.. Huu. Wah.. Huu.. Wahh.. Sedapp N.. Kote ko bagak.. Kote kau panjang.. N.. Adui.. Adui.. Ihh,” rintih Kak Tipah sambil mengangkat-angkat punggung bulatnya menemukan tujahan batang zakar N ke dalam lubang cipapnya. N mendiamkan diri sambil membiarkan Kak Tipah mengoyang pungungnya, lalu dinding vaginanya mula membalut, memicit dan mengemut batang zakar N.

Kak Tipah terus mengoyangkan pinggul N, dia mengeluh mengelinjang bila N mempompa kontolnya kuat ke lubang cipap Kak Tipah. Kak Tipah meraung, mengoingoi kesedapan, sambil dia memegang buntut N, menarik rapat agar N menekankan batang zakarnya dalam-dalam. Dia menghela nafas dan mula terasa sesak. Air sudah membanjiri lubang cipapnya. Sambil itu dia mengucup mulut N dan mereka bertukar lidah dan memper-mainkannya. Kak Tipah menjongket-jongketkan cipapnya menerima batang zakar N yang keras dan besar itu.

“Ooo.. Urghh.. Urghh.. Arghh.. Sedapp.. Gelii.. Ngiluu.. Ooo.. Naduhh maa, aduhh maa.. Sedapp.. Arghh..” jerit Kak Tipah di kesun-yian kebun itu.

N meneruskan pompaannya laju dan kuat rapat ke lubang puki Kak Tipah. Lubang puki Kak Tipah yang banyak mengeluarkan air dan melicinkan permainan. Sambil N tetap meramas payudara Kak Tipah yang besar meemnuhi tubuhnya. Mengisap puting cokelatnya. N menumpang ke dua belah tangannya, Kak Tipah memegang bahu N, N menekan dan menujah kontolnya dengan kuat dan laju. Kak Tipah mengikut rentak N.

“Wauu.. Sedap N.. Gelii..,” desah Kak Tipah yang kuyu matanya, hilang mata hitamnya.. N menarik batang kontolnya, kemudian menjilat kelentit, menghisap air jus dilubang cipap Kak Tipah, Kak Tipah sesak nafas, dia mengeruh kasar. Kakinya yang diangkat kedua belah mengelinjang-linjang.

Pantas N merodok semula batang zakarnya ke dalam lubang puki Kak Tipah. Dia mula mempompa batangnya yang besar dan panjang, Kak Tipah mengerang kuat, menjerit-jerit dan merintih-rintih kesedapan.

“Nnn.. Akak nakkuarr.. Sedap.. O.. Sedap.. Kuarr.. Uuu.. Kuarr.. Ooohh,” jeritan Kak Tipah melangsing dan nafasnya bagaikan kerbau disembelih.

Kini kakinya sudah ke lantai tanah. Tidak upaya diangkat ke atas. Dia mendesah dan mengeluh nikmat walaupun basah berpeluh dan keletihan dikongkek dan mengiongkek dengan N. Kak Tipah memeluk N sambil mencium dan mengucup dada, muka dan bibir N. Mereka berkucupan lama dan puas.

“Sedap N.. Ko bijak main. Kote ko besar kerass, iee, sedappnya,” elus Kak Tipah yang masih mengemut batang zakar N dalam lubang pukinya.N meneruskan pompaannya kuat-kuat dan laju-laju. “Ooo kakk.. Kuarr,” Lalu N mengeluarkan spermanya ke dalam lubang puki Kak Tipah. Kak Tipah terasa fana. N mengeruh kuat.”Eee.. Lama ko henjut N.. Sedapp.. Akak puas sungguh,” balas Kak Tipah mengoyangkan pinggulnya menrima sperma sayang N.”Sedap kak. Tima kasih,” balas N sambil menyonyot puting Kak Tipah dan memainkan lidahnya. Kak Tipah mengelus semula.”Pandai ko main, mana belajar nie? Rasa cam berpengalaman?” tanya Kak Tipah yang mengelap cipapnya dengan tualanya. Dia memegang kontol N ang masih berdenyut lalu dilapnya juga.

N senyum tapi pura-pura buat tak tahu. Mereka berpelukan dan berkucupan.

“Akak suka ko, bila ada peluang kitam ain lagi ya, sedapp N,” Kak Tipah mencubit pipi N. N senyum puas.”Apa sebab akak nak main dengan N?” tanya N selamba.”Main dengan Bang Nizar puas enggak, tapi hari tu nampak bentuk kote kau dari depan seluar, nampak terbonjol, naik syahwat akak. Tu yang nak cuba,” kata Kak Tipah terkekeh, “Ko punya lagi bagus. Besar, panjang keras. Sedap masuk dalam cipap akak”

Kak Tipah mahu N menyetubuhinya lagi, “Sok kat sini enggak N. Sok kita buat lagi. Akak puas sangat. Jangan lupa ye,” Kak Tipah mengingatkan sebaik sahaja mereka berpisah petang itu.

N tersenyum senang.

Waktu: Satu pagi Sabtu.. Lokasi: Bilik N, rumah Bakar. Suasana: Hujan lebat mencurah-curah dan langit muram, kilat memintas dan guruh bersabung..

Hasrat berbincang namu bila kilat memancar dan guruh berdentum, Sara memeluk N. Dia cukup takut dengan kilat tambah guruh yang meletup. Sara merasa cuak malah dia terkencing akibat kilat dan guruh itu. Dia terbasah di depan N. Sara rasa malu. Namun apakan daya, ketakutan itu bukan dibuat-buat. Dia memang fobia dengan kilat dan guruh. Bila kilat dia seperti mau mencari tempat untuk menyorok. Bila guruh dia menekap telinganya dan bergaris risau dan khuatir di wajahnya.

“N akak malu.. Akak takutt..” Sara memegang tangan N.”Jangan, nah ambil kain ni, tukar kat bilik mandi, jom saya temankan,” kata N memimpin Sara ke bilik mandi. Dia menyuruh Sara menukar sambil dia meunggu di depan pintu bilik mandi. Kejap lagi dengan wajah yang takut Sara keluar setelah bertukar kain.

“Biarkan kain akak kat dalam situ. Nanti kang nak balik amik,” arah N dan memimpin tangan Sara ke bilik.”Akak rehat dan rileks kat bilik ni. Saya mob bekas kencing akak tadi.” Sara tunduk malu lalu mengangguk.”Takut,” Pantas N meninggalkan Sara dan melakukan kerja mencuci tempat kencing Sara tadi.

Bersambung . . . . . . . .

CERITA SEKS KEPUASA MARINA



Cerita dewasa mesum terbaru ini menceritakan tentang gejolak nafsu birahi antara gadis seksi yang bersedia bugilpada saat berhubungan seks mesum. Perawan penuh gelora birahi ini menjadi incaran untuk memuaskan hasrat seks mesum pria yang masih memiliki gairah seks. Di mula dari gadis seksi ini sedang membersihkan rumahnya dengan pakaian yang seksi tersingkap sehingga pria belang itu semakin bernafsu. Cerita ini menjadi pengalaman pribadi cewek seksi yang direbut keperawanannya dari orang yang telah dianggapnya sebagai keluarga. Bagaimana cerita dewasa mesum ini, selengkapnya akan anda lihat.

Marina gadis muda jelita, usianya baru tujuh belas tahun, hidup bersama ibu dan ayah tirinya. Ayah kandungnya telah meninggal dunia delapan tahun yang lalu. Rupanya ayah tirinya yang baru berusia tiga puluh enam tahun itu, telah lama menaruh rasa penasaran untuk mencicipi perawan yang masih ranum itu. Sang ayah tiri meneguk air liur setiap menyaksikan pinggang, pinggul dan pantat Marina yang indah dan seksi, apalagi bila Marina sedang berjongkok mengepel lantai dengan pakaian seadanya, wah, Daud melotot matanya. Timbullah hasratnya untuk menyaksikan tubuh sang anak tiri yang indah polos tanpa pakaian. Daud mendapat akal, suatu hari ketika Marina dan ibunya sedang keluar rumah, Daud bekerja keras membuat lubang di dinding kamar mandi yang hanya terbuat dari papan.

Suatu hari ketika Marina hendak pergi mandi Daud bersiap menunggu sambil mengintip dari lubang kamar mandi yang telah dibuatnya, Marina memasuki kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk melilit di tubuhnya, setelah mengunci pintu kamar mandi dengan tanpa ragu Marina melepaskan handuknya, Daud menelan liurnya menyaksikan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya, pemandangan indah yang berasal dari tubuh indah anak tirinya, tubuh yang begitu sekal padat, ramping dan mulus itu membuat gairah Daud bergejolak, apalagi sepasang payudara yang begitu mulus dengan sepasang puting susu berwarna merah jambu menghias indah di puncak payudara yang sekal itu, mata Daud melirik ke arah selangkangan gadis itu tampak bulu-bulu halus indah menghias di sekitar belahan kemaluan perawan itu yang membukit rapat. Semua itu membuat dada Daud bergetar menahan nafsu, membuatnya semakin penasaran ingin menikmati keindahan yang sedang terpampang di depan matanya. Daud tahu Marina sering keluar dari kamarnya pada malam hari untuk pipis.

Pada malam berikutnya, Daud dengan sabar menunggu. Begitu Marina memasuki kamar mandi, Daud membarenginya dengan memasuki kamar Marina. Daud menunggu dengan jantung berdebar keras, begitu Marina masuk kembali ke dalam kamarnya dan mengunci pintu Daud muncul dari balik lemari, Marina terbelalak, mulutnya menganga, buru-buru Daud meletakkan telunjuk ke mulutnya, isyarat agar Marina jangan berteriak, Marina mundur beberapa langkah dengan ketakutan. Daud maju dan tiba-tiba menyergapnya Marina siap menjerit, tetapi Daud dengan cepat menutup mulutnya. "Jangan menjerit!", Daud mengancam. Marina semakin ketakutan, badannya gemetar. Daud memeluk gadis yang masih murni itu, menciumi bibirnya bertubi-tubi. Marina terengah-engah. "Jangan takut, nanti kuberi uang", kata Daud dengan nafas menggebu-gebu. Bibir Marina terus diciumi, gadis itu memejamkan matanya, merasakan nikmat, dengan mulut terbuka. Tanpa sadar, rontaan Marina mulai melemah, bahkan kedua lengannya memanggut bahu Daud. Sekilas terbayang adegan di buku porno yang pernah dilihatnya.

Alangkah gembiranya Daud ketika Marina mulai membalas ciuman-ciumanya dengan tak kalah gencarnya. "Pak, Pak jangan..!", Walaupun mulutnya berkata jangan, tetapi Marina tidak mengadakan perlawanan ketika gaunnya di lepas. Dalam sekejap, Marina hanya mengenakan beha dan celana dalam saja, itupun tidak bertahan lama. Daud mencopoti bajunya sendiri. Marina menghambur ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut, Marina menghadap tembok, menunggu dengan dada bergetar, di hatinya terjadi pertentangan antara nafsu dan keinginan untuk mempertahankan kehormatannya, namun nafsulah yang menang. Selimut yang menutupi tubuh ditarik, Marina dipeluk dari belakang dan dirasakannya hangatnya pisang ambon Daud mengganjal dan menggesek-gesek di belahan pantatnya, Marina menggigil.

Dengan bernafsu Daud menciumi kuduk Marina, gadis itu menggelinjang-gelinjang, rasa nikmat menyelusup ke pori-porinya. Daud membalikkan tubuh Marina hingga telentang, gadis itu meronta hendak melepaskan diri, Daud menindihnya, tangannya meraba-raba bongkahan buah dada Marina. Dada yang ranum dan sehat, yang selama beberapa hari ini mengisi khayalan Daud. Kembali rontaan-rontaan Marina melemah, dirasakannya kenikmatan pada buah dadanya, yang diciumi Daud dengan berganti-gantian. Dada yang kenyal dan masih segar itu bergetar-getar, Daud membuka mulutnya dan melahap putingnya yang merah jambu. Marina menjerit lirih, tetapi segera tenggelam dalam erangan kenikmatan. "Pak, mm.., mm.., ja..ngan sshh mmphh.., sshh..".

Akhirnya Marina tidak lagi memberontak, dibiarkannya payudara kiri dan kanannya dijilati dan dihisap oleh Daud. Aroma harum yang terpancar dari tubuh perawan itu benar-benar menyegarkan, membuat rangsangan birahi Daud semakin naik. Kedua bukit indah Marina semakin mengeras dan membesar, puting yang belum pernah dihisap mulut bayi itu kian indah menawan, Daud terus mengulum dan mengulumnya terus.

"Pak, Saya.., takuut", Suara Marina mendesah lembut.
"Jangan takut, tidak apa-apa nanti kuberi uang..", dengan napas memburu.
"Ibu, pak. Nanti ibu bangun.., sshh.., aah..".
"aakh.., ibumu tidak akan bangun sampai besok pagi, ia sudah kuberi obat tidur".

Marina mulai mendesah lebih bergairah ketika tangan Daud mulai bermain di bukit kemaluannya yang membengkak. Daud menekan-nekan bukit indah itu. "Kue apemmu hebat sekali", bisik Daud sambil berkali-kali meneguk air liurnya, tangan Daud menguak belahan kue apem itu. Marina yang semula mengatupkan pahanya rapat-rapat kini mulai mengendurkannya, bagaimana tidak? Sentuhan-sentuhan tangan Daud yang romantis mendatangkan rasa nikmat bukan kepalang apalagi batang kemaluan lelaki yang tegak itu, menggesek-gesek hangat di paha Marina dan berdenyut-denyut. Sebenarnya Marina ingin sekali menggenggam batang kemaluan yang besarnya luar biasa itu.

Sementara itu Daud menggosok-gosokkan tangannya ke bukit kemaluan yang ditumbuhi rambut halus yang baru merintis indah menghiasi bukit itu. "Sssh.., mmh.., ssh.., aakh..", Mata Marina membeliak-beliak dan pahanyapun membuka. Daud menggesek-gesekkan kepala penisnya di bibir vagina Marina yang masih rapat walau sudah dikangkangkan. Secara naluriah Marina menggenggam batang penis Daud, ia merasa jengah, keduanya saling berpandangan, Marina malu sekali dan akan menarik kembali tangannya tetapi dicegah oleh Daud, sambil tersenyum, lelaki yang cukup ganteng itu berkata, "Tidak apa-apa, Marina! Genggamlah sayang, berbuatlah sesuka hatimu!". Dan dengan dada berdegup Marina tetap menggenggam batang penis yang keras itu. Daud merem-melek menikmati belaian dan remasan lembut pada batang penisnya. Sementara itu tangan Daud mulai menjelajahi bagian dalam kemaluan Marina, gadis itu menjerit kecil berkali-kali. Bagian dalam kemaluannya telah basah dan licin, ujung jari Daud menyentuh-nyentuh clitoris Marina. Marina menggelinjang-gelinjang.
"Bagaimana Mar?", tanya Daud.
"Enaakh.., Paak!", Jawab Marina.

Daud semangkin gencar menggempur vagina Marina dengan jari tangannya. Lalu Daud menundukkan kepalanya ke arah selangkangan Marina. Dipandanginya belahan vagina yang begitu indahnya, menampakkan bagian dalamnya yang kemerahan dan licin. Daud menguakkan bibir-bibir kemaluan itu, maka kelihatanlah clitorisnya, mengintip dari balik bibir-bibir kemaluan Marina, Daud tidak dapat menahan dirinya lagi, diciumnya clitoris Marina dengan penuh nafsu. Marina menjerit kecil.
"Kenapa Marina? Sakit?", tanya Daud di sela kesibukannya.
Mariana menggelengkan kepalanya sambil mengangkat kakinya. Dengan bernafsu Daud menjilati vagina Marina dan lidahnya menerobos menjilati bagian dalam dari kemaluan Marina, melilit dan membelai clitorisnya. Marina semakin tidak tahan menerima gempuran lidah Daud, tiba-tiba dirasakannya dinding bagian dalam kemaluannya berdenyut-denyut serta seluruh tubuhnya terasa menegang dan bersamaan dengan itu ia merasakan sesuatu seperti akan menyembur dari bagian kemaluannya yang paling dalam.

"aakh.., uuggh.., Paakk..", Marina mendesah seiring menyemburnya air mani dari dasar lubuk kemaluannya. Sementara Daud tetap menjilati kemaluan Marina bahkan Daud menghisap cairan yang licin dan kental yang menyembur dari kemaluan Marina yang masih suci itu, dan menelannya.
"Sungguh nikmat air manimu Mar", bisik Daud mesra di telinga Marina. Sementara Marina memandang memelas ke arah Daud, dan Daud mengerti apa yang diingini gadis itu, karena iapun sudah tidak tahan seperti Marina. Batang kemaluan Daud sudah keras sekali. Besar dan sangat panjang. Sedangkan bukit kemaluan Marina sudah berdenyut-denyut ingin sekali dimasuki penis Daud yang besar. Maka Daudpun mengatur posisinya di atas tubuh Marina. Mata Marina terpejam, menantikan saat-saat mendebarkan itu. Batang penis Daud mulai menggesek dari sudut ke sudut, menyentuh clitoris Marina. Marina memeluk dan membalas mencium bibir ayah tirinya bertubi-tubi. Dan akhirnya topi baja Daud mulai mencapai mulut lubang kemaluan Marina yang masih liat dan sempit. Dan Daudpun menekan pantatnya. Marina menjerit. Bagaikan kesetanan ia memeluk dengan kuat. Tubuhnya menggigil.

"Paak, oukh.., akh.., aakh.., oough.., sakit Pak..", Marina merintih-rintih, pecahlah sudah selaput daranya. Sedangkan Daud tidak menghiraukanya ia terus saja menyodokkan seluruh batang kemaluannya dengan perlahan dan menariknya dengan perlahan pula, ini dilakukannya berulang kali. Sementara Marina mulai merasakan kenikmatan yang tiada duanya yang pernah dirasakannya.
"Goyangkan pinggulmu ke kanan dan ke kiri sayang!", bisik Daud sambil tetap menurun-naikkan pantatnya.
"Eeegh.., yaa.., aakkhh.., oough..", jawab Marina dengan mendesah. Kini Marina menggoyangkan pinggulnya menuruti perintah ayahnya. Dirasakannya kenikmatan yang luar biasa pada dinding-dinding kemaluannya ketika batang penis Daud mengaduk-aduk lubang vaginanya.
"Tee.., russ.., Paak.., eeggh.., nikmat.., oough..!", erang Marina. Daud semakin gencar menyodok-nyodok vagina Marina, semakin cepat pula goyangan pinggul Marina mengimbanginya hingga, "Ouughh.., sa.., saya.., mmaau.., keluar.., Paak..".
"Tahan.., sebentar.., sayang.., oouggh..".

Daud mulai mengejang, diapun hampir mencapai klimaksmya. "aaGhh..", jerit Marina sambil menekan pantat Daud dengan kedua kakinya ketika ia mencapai puncak kenikmatannya. Bersamaan dengan tekanan kaki Marina Daud menyodokkan penisnya sedalam-dalamnya sambil menggeram kenikmatan, "Eeegghh.., Ooouugh..". "Creet.., creet.., creet..". Mengalirlah air mani Daud membasahi lubang kemaluan Marina yang sudah dibanjiri oleh air mani Marina. Merekapun mencapai puncak kenikmatannya. Keduanya terkulai lemas tak berdaya dalam kenikmatan yang luar biasa dengan posisi tubuh Daud masih menindih Marina dan batang penisnya masih menancap dalam lubang kemaluan Marina.


Enam bulan kemudian, Marina dan Ria meninggalkan kota kecilnya. Mereka ikut Om Jalil ke Jakarta. Om Jalil belum lama mereka kenal, tetapi mereka tidak peduli, mereka menginginkan hidup lebih baik ketimbang di kota kecilnya sendiri. Mereka tahu nasib apa yang bakal mereka terima di Jakarta nanti, diserahkan pada seorang germo yang namanya Tante Yeyet. Mereka pergi ikut Om Jalil tanpa sepengetahuan orang tua mereka masing-masing. Om Jalil menunggu mereka di stasion kereta api. Dari sanalah baru mereka bersama-sama menuju Jakarta. Ria berani ikut dengan Om Jalil ke Jakarta karena dia juga sudah tidak perawan lagi. Bukit kemaluannya sudah ditoblos oleh Pandy. Pandy adalah pria yang sangat berpengalaman dengan wanita. Pandy pandai merayu. Dan Marinapun tergelincir dalam rayuannya dan berhasil digagahi Pandy, ia merupakan orang kedua yang pernah merasakan nikmatnya vagina Marina selain ayah tiri Marina.

Sementara kereta berjalan dengan pesatnya. Dalam perjalanan mereka di malam hari yang selama delapan jam dalam kereta api, Om Jalil tidak dapat menahan hawa nafsunya berjalan dengan dua orang gadis cantik yang menggoda. Dengan sedikit memaksa Om Jalil mencoba untuk menggauli mereka. Pada waktu itu keadaan kereta yang mereka tumpangi tidak terlalu banyak penumpangnya sehingga banyaklah kursi yang kosong. Kebetulan deretan bangku di depan mereka kosong. Waktu itu lampu penerang gerbong sudah dipadamkan tinggal lampu remang-remang saja yang masih menyala menerangi keadaan gerbong yang mereka tumpangi.

"Kalian tentunya sudah berpengalaman dengan laki-laki?", tanya Om Jalil memulai pembicaraan.
"Belum Om", jawab Ria dengan malu-malu.
"Sudah berapa kali kamu merasakannya, Ria?", tanyanya sambil memegang paha Ria yang hanya mengenakan rok mini dari bahan yang tipis.
"Merasakan apa, Om?", tanya Ria berpura-pura tak mengerti.
"Merasakan hangatnya batang peler pria memasuki lubang kemaluanmu", jawab Om Jalil dengan terus terang.
"Saya, saya baru merasakannya sekali Om", jawab Ria sambil menunduk.
"Tidak usah malu, apakah kamu menikmatinya?", Om Jalil mulai menebar jaringnya. Ria hanya mengangguk tanpa berkata apapun.

"Sedangkan kamu sudah berapakali kecoblos Mar?", mengalihkan pertanyaanya pada Marina.
"Dua kali, Om", jawabnya singkat.
"Syukurlah, jadi kalian sudah punya pengalaman". Dia berhenti untuk menghisap rokoknya lalu mematikan rokok itu.
"Tapi aku perlu untuk mengetahui sampai di mana kemampuan kalian", sambungnya sambil menghadap ke arah Ria.
"Bagaimana caranya Om?".
"Dengan mencobanya langsung", jawabnya tegas.
"Mencoba langsung, di mana Om?".
"Di sini saja, toh semua penumpang sudah tidur".
"Tetapi..".
"Tenang saja biar Om yang mengaturnya", potong Om Jalil sambil merangkul tubuh Ria yang ada di sebelah kanannya, lalu ia mulai menciumi bibir Ria. Ria terpaksa melayaninya demi lancarnya perjalanan mereka ke Jakarta. Setelah beberapa saat lidah mereka saling berpilin, tangan Om Jalil mulai beraksi menyelinap, meremas payudara Ria melalui bagian bawah kaos ketat yang dikenakan Ria. Ria menggelinjang menikmati sentuhan tangan Om Jalil yang sangat lincah meremas payudaranya, apalagi bibir Om Jalil yang menggerayangi lehernya.

Semakin ganas Om Jalil menikmati bukit indah milik Ria yang putih mulus itu setelah mengangkat kaos, dan melepas beha Ria. Sedangkan Marina hanya menatap mereka dengan kosong. Tiba-tiba tangan Om Jalil yang satu meraih tangan Marina. Tanpa perlawanan tangan itu ditaruh di atas batang penisnya yang masih dalam celana. Marina mengerti maksud Om Jalil, dengan segan-segan dibukanya ikat pinggang Om Jalil lalu diturunkan ritsluitingnya, dikeluarkannya kemaluan yang sudah digenggamnya dari celana dalamnya. "mmhh..", desah Om Jalil menikmati remasan tangan halus Marina pada batang penisnya. Sementara tangan kanan yang bebas menjelajah ke dalam rok mini Ria, jari tangan kanannya dengan lincahnya mencoba melepaskan celana dalam yang dikenakan Ria.

Ria mengangkat pantatnya untuk memudahkan Om Jalil melepaskan penutup belahan vaginanya, Ria mengangkat satu kakinya untuk melepaskan celana dalamnya yang merosot sampai di mata kaki, bersamaan dengan itu itu jari-jari Om Jalil menerobos bibir vaginanya, lalu mempermainkan clitoris yang ada di dalamnya. Ria gelagapan menahan nikmat yang dirasakannya pada clitorisnya yang dipilin jari-jari Om Jalil, serta gigitan-gigitan lembut pada puting susu kanannya serta belaian-belaian yang diselingi remasan nikmat pada buah dadanya yang kiri. Sementara Marina tidak lagi meremas batang penis Om Jalil, tetapi dia menggocok batang penis itu dengan lembut. Pergumulan segitiga itu berjalan cukup lama hingga Om Jalil tak dapat lagi menahan nafsunya. "Pindahlah kamu ke bangku itu!" perintahnya pada Ria sambil menunjuk tempat duduk di seberang tempat duduk mereka.

Ria mengikuti perintah Om Jalil, dia duduk menyadar di tempat yang ditunjuk Om Jalil. Lalu Om Jalil berdiri menghadap Ria dengan batang penisnya yang panjang besar dan hitam menunjuk ke arah Ria, ditariknya kaki Ria hingga posisi gadis itu setengah rebah menyandar, lalu dikangkangkannya paha Ria hingga tampak olehnya belahan indah yang dihiasi bulu-bulu lebat dengan bagian dalam yang merah merona, lalu diarahkannya kepala penisnya yang merah mengkilap memasuki lubang vagina Ria. "Ssshh.., aahh..", desah gadis itu ketika dengan agak susah kepala penis itu memasuki lubang kemaluannya. Om Jalil sendiri merasakan nikmat luar biasa ketika kepala kemaluannya terjepit oleh bibir-bibir vagina Ria yang sempit, hingga ia tak melanjutkan gerakan mendorongnya untuk menikmati pijitan bibir vagina itu di kepala penisnya. Sedangkan Marina hanya menyaksikan adegan itu dengan dada bergetar menghayalkan hal itu terjadi pada dirinya.

Setelah terhenti beberapa kejap, dengan pasti Om Jalil melanjutkan dorongan pantatnya hingga, "Blueess..". Seluruh batang kemaluannya amblas memasuki vagina Ria. Sedangkan Ria mengerang tertahan merasakan betapa batang kemaluan Om Jalil yang besar menyumpal di dalam lorong kemaluannya, membuat nafasnya terburu nafsu. Kenikmatan itu bertambah ketika Om Jalil menarik keluar batang kemaluannya hingga menimbulkan gesekan yang mengguncang seluruh tubuh Ria. Om Jalil memepercepat gerakan pantatnya mengeluar-masukkan penisnya hingga tubuh Ria terhentak-hentak kenikmatan, merasakan betapa dahsyatnya penis Om Jalil yang besar itu mengobrak-abrik lubang kemaluannya hingga membuatnya melenguh-lenguh nikmat.
"Ouugh.., eeghh.., te..ruus.., oom.., jaa..ngan.., berhenti.", desah Ria tertahan menikmati tarian penis Om Jalil dalam lubang vaginanya yang semakin basah dan licin hingga mengelurkan suara decak pelan. Semakin lama gerakan Om Jalil semakin gencar, dan remasannya pada payudara Ria semakin gemas, ditambah dengan gerakan pinggul Ria yang membuat batang penis Om Jalil seret keluar masuk, membuat keduanya tak dapat bertahan lebih lama lagi, hingga.., "Aah.., ahh.., esst.., esst..", desah Om Jalil sambil menggerakkan pantatnya dengan cepat.
"Ouugh.., eesstt.., eengh.., aakh.., aakuu.., ti.., tidak.., taahaan.., laagi.., om..", erang Ria hampir mencapai puncak orgasmenya.
"Tung..guu.., sayang.., aakku.., juuggaa.., mmau.., ngecret..!", ucap Om Jalil terputus-putus sambil menancapkan batang penisnya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Ria.
"aakuu.., kee..keeluar.., Ooom..".
"Akuu.., juuggaa.., aaghh..", dan, "Creet.., creet.., crett.", tersemburlah cairan nikmat dari batang penis Om Jalil ke dalam vagina Ria.

Keduanya saling berangkulan mencapai puncak kenikmatan bersama-sama, cairan kental membanjiri vagina Ria dan membasahi penis Om Jalil. Sementara ketika Om Jalil dan Ria bertarung, Marina begitu terangsang melihat permainan mereka hingga tanpa sadar tangannya meremas buah dadanya dan mengelus-elus bibir kemaluannya dan mendesah-desah seorang diri, karena dibakar hawa nafsunya sendiri. Om Jalil dan Ria sama-sama terkulai setelah keduanya mencapai puncak kenikmatan, sedangkan Marina merasakan denyutan-denyutan dalam liang vaginanya merindukan sentuhan kemaluan lelaki di dinding-dindingnya, semakin ia menahan gejolak nafsu itu semakin menggejolak nafsu itu dalam dadanya, akhirnya ia tak kuasa menahan diri, Marina bangkit dari duduknya lalu berlutut di hadapan selangkangan Om Jalil yang bersandar memejamkan mata di bangku sebelahnya, ditatapnya kemaluan Om Jalil yang menggantung lunglai, dibelainya kemaluan yang besar itu, walaupun belum tegak berdiri. Semakin lama belaiannya semakin menggebu lalu diremasnya penis yang mulai bangun perlahan-lahan karena remasan-remasan jemari lentik Marina.

Om Jalil membuka matanya karena merasakan kegelian yang nikmat pada batang penisnya, dibiarkannya beberapa saat Marina yang belum tahu bahwa Om Jalil sudah terjaga, membelai dan meremas batang kemaluannya, Om Jalil berkata perlahan.
"Kau menginginkannya?".
"I.., iya Om aa.., aku menginginkan burungmu", jawab Marina dikuasai oleh nafsunya. Lalu Om Jalil memegang bahu Marina lalu mengangkatnya berdiri, ia menatap gadis di hadapannya, ia tahu bahwa Marina telah dikuasai oleh nafsunya, mulailah Om Jalil membelai tubuh Marina yang mengenakan gaun terusan tanpa lengan yang begitu minim. Tangannya meraba mulai dari bagian paha yang tak tertutup oleh terusan yang pendek itu, terus merambat menuju pada sepasang paha yang mulus itu sambil terus berdiri hingga pakaian Marina tertarik mengikuti gerakan berdiri Om Jalil, hingga Om Jalil berhasil melepaskan pakaian itu dari tubuh yang kini hanya mengenakan beha dan celana dalam. Kembali Om Jalil membelai tubuh itu dari atas ke bawah sambil bergerak duduk.

Setelah posisinya duduk berhadapan dengan selangkangan Marina yang hanya mengenakan celana dalam, tangannya bergerak melepas celana dalam itu hingga terpampanglah gumpalan bulu-bulu halus terhampar menghiasi sekitar bibir kemaluan yang begitu ranum dan menebarkan aroma yang menggairahkan hingga membuat darah Om Jalil menggelegar dan nafsunya mulai menanjak. Dengan kedua tangannya Om Jalil merengkuh bungkahan pantat Marina yang padat ke arah wajahnya, lalu dengan rakusnya Om Jalil melumat bibir kemaluan Marina dengan penuh nafsu. Marina mendesah kenikmatan sambil membelai rambut Om Jalil yang tengah melumat vaginanya.
"Ooouugh.., Ooomm.., lakukanlah.., Oom.., aa.., aku.., dah ti..daak.., taahhan.., lagi..!".

Om Jalil hanya tersenyum dan menjawab dengan perlahan, "Baiklah. Sekarang naiklah ke pangkuanku", suruh Om Jalil pada Marina. Marina mengikuti perintah Om Jalil, dengan cepat ia duduk di pangkuan Om Jalil. Penis Om Jalil yang tegak menghadap ke atas meleset miring diduduki oleh Marina. Om Jalil berkata, "Bukan begitu caranya, sekarang berdirilah dengan lutut di atas bangku mengangkangi burungku!", ajar Om Jalil pada Marina. Kini Marina mengangkangi Om Jalil yang duduk bersandar dengan penis tegak ke atas mengarah tepat pada bibir kemaluan Marina. Kembali Om Jalil memberikan instruksi kepada Marina, "Kini genggamlah burungku!". Marina menggenggam penis Om Jalil. "Arahkan ke lubang memekmu!", Kembali Marina menuruti perintah Om Jalil tanpa berkata apapun. "Turunkan pantatmu lalu masukkan burungku dalam lubang memekmu perlahan-lahan!".

Marina mengerjakan semua perintah Om Jalil hingga.., "Sleep..", Kepala kemaluan Om Jalil yang besar itu menyelinap di antara dua bibir vagina Marina yang langsung menjepit kepala penis itu dengan ketat. Marina mendesah kenikmatan, "Oough..". Dipegangnya bahu Om Jalil yang sedang merem-melek menikmati jepitan sepasang bibir vagina Marina yang kenyal dan sempit. Dengan suara terputus-putus kenikmatan Om Jalil berkata, "Yaakh.., begitu, sekarang turunkan pantatmu agar burungku dapat masuk lebih dalam!", Marina menghempaskan tubuhnya ke bawah, dirasakannya betapa penis Om Jalil yang besar dan panjang itu menerobos ke dalam liang vaginanya yang terdalam, yang belum pernah tersentuh oleh benda apapun karena penis Om Jalil adalah penis paling besar dan panjang yang pernah menerobos lubang vaginanya, dan itu memberikan kenikmatan yang belum pernah dirasakan Marina sebelumnya. Om Jalil sendiri mengejang menikmati gesekan seret dari dinding vagina Marina yang seakan mengurut penisnya dengan kenikmatan yang luar biasa.

Dirangkulnya tubuh Marina untuk melampiaskan getaran kenikmatan yang dirasakannya. Sejenak keduanya terdiam tidak melakukan gerakan apapun karena tenggelam dalam kenikmatan yang tiada taranya. Hanya getaran-getaran kereta api yang bergelombang membuat mereka melayang dalam arus kenikmatan bercinta.

Akhirnya kesunyian itu dipecahkan oleh suara Om Jalil yang lebih mirip desahan.
"Sekarang bergeraklah hurun naik agar lebih nikmat sayang!".
"Eest.., baikh.., Om..", jawab Marina sambil mulai mengangkat tubuhnya, terasa olehnya betap hangatnya gesekan kulit penis Om Jalil di dalam liang vaginanya, lalu dihempaskan lagi tubuhnya ke bawah membenamkan penis Om Jalil kembali dalam pelukan dinding kemaluannya yang berdenyut kenikmatan. Hal itu dilakukan Marina berulang kali seiring dengan getaran kereta yang menambah nikmatnya persetubuhan mereka, kian lama gerakan Marina semakin gencar menurun-naikan pantatnya. Sedang Om Jalil tidak hanya diam saja, ia mengiringi gerakan pantat Marina dengan menaikkan pantatnya bila Marina menghentakkan pantatnya membenamkan penis Om Jalil. Marina mendesah-desah menikmati permainanan yang hebat itu.

"Eeeghh.., niikhmat.., sekhali.., Om.."
"Yaakh.., memang.., nikhmat memekmu ini Mar.., oouggh..".
"Ooomm.., hisaplah susuku ini agar lebikh nikhmat Om.." pinta Marina, sambil menarik kepala Om Jalil ke arah dadanya yang dibusungkan menantang itu. Segera saja Om Jalil melepaskan satu-satunya pakaian yang masih melekat di tubuh Marina, menggelembunglah payudara yang kenyal menegang setelah Om Jalil menarik lepas penutup benda indah itu. Mulailah Om Jalil menjilati puting susu Marina yang merah menantang itu, tidak hanya sampai di situ saja, Om Jalil menghisap rakus buah dada yang benar-benar ranum itu kiri dan kanan sedangkan kedua tangannya meremas buah pantat Marina yang padat berisi dan membantunya turun naik menenggelamkan penisnya. Semakin lama gerakan keduanya samakin menggila desahan-desahan tak henti-hentinya keluar dari sepasang insan itu.

"Ooogh.., oough.., akhh.., ahh..", desahan Marina menikmati tarian penis Om Jalil yang perkasa di dalam lubang vaginanya yang semakin licin dan basah. Cukup lama mereka berpacu dalam mengejar kenikmatan sehingga, "Eeest.., Ooough.., lebihh.., ceepat lagi.., Sayaang.., aku maau keeluaar..!".
"Yaakhh.., aku.., juga..,. sudahh.., tidak.., taahaan.., laagi.., Ooomm".
Hentakan pantat mereka semakin cepat terbawa nafsu yang seakan meledakkan dada mereka hingga, "Ooough.., Akuu.., keluaar.., sayang.."
"Akhuu.., aakhh..".
"Creet.., creet.., creett..", Keduanya saling berangkulan dengan erat menikmati puncak permainan mereka yang sungguh hebat. Marina berdiri mengeluarkan penis yang besar itu dari lubang vaginanya lalu berpakaian dan kembali lunglai di bangkunya menyusul Ria yang sudah terlelap. Sedang Om Jalil menatap kedua gadis bergantian lalu dia berpakaian dan kembali memejamkan matanya. Semuanya sunyi dan tenang. Tak ada lagi erangan-erangan atau desahan, mereka tertidur dengan penuh kepuasan, tanpa memikirkan apa yang menanti mereka di Jakarta nanti.